EFEKTIVITAS VAPE SEBAGAI ALTERNATIF ROKOK KONVENSIONAL
Tugas Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas UAS
Komunikasi Kesehatan
Dosen
Pengampu: Dela Aristi, M.KM dan Gitalia
Budhi Utami, S.KM, M.KM
Disusun Oleh:
Muhammad Dzaky
Aldi 11181010000099
Kelas
3B Kesehatan Masyarakat 2018
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS
ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS
ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2019
Banyak
dari kita yang telah mengetahui apa itu rokok, karena benda ini banyak
digunakan oleh orang-orang disekitar kita. Adapun yang dimaksud dengan rokok
ialah, suatu gulungan dari tembakau yang dibungkus oleh kertas, kulit jagung,
ataupun daun. Rokok berukuran sebesar kelingking dengan panjang sekitar 8-10
cm. Penggunaan rokok ialah dengan dihisap setelah ujung dari rokok ini dibakar.
Benda ini mengandung banyak bahan kimia berbahaya, yang dimana saat satu dari
bahan ini dibakar maka dapat menghasilkan 4000 bahan kimia berbahaya. Adapun
beberapa penyakit yang dapat diakibatkan oleh perilaku merokok ialah: kanker
paru-paru, penyakit jantung, penyakit saluran pernapasan, impotensi pada pria,
infertilitas pada pria maupun wanita, dan berbagai mcam penyakit berbahaya
lainnya.
Seiring
berkembangnya gaya hidup khususnya di kota-kota besar, muncullah berbagai
produk baru yang membuat para perokok antusias untuk membeli benda ini. Adapun
nama benda tersebut adalah vape. Vape ialah benda elektronik yang mengubah
cairan menjadi uap. Mengapa bisa benda ini menjadi banyak dibeli? Banyak dari
perokok yang hijrah ke vape karena mereka percaya bahwa vape tidak lebih
berbahaya dibandingkan dengan rokok. Banyak pula yang beranggapan bahwa dengan
menggunakan vape maka kecenderungan mereka untuk merokok pun akan menghilang.
Cara penggunaan dari vape ini sendiri ialah dengan mengubah cairan yang
dimasukan ke vape menjadi uap. Rokok elektrik atau vape dapat membahayakan
kesehatan karena kandungan yang terdapat di dalamnya. Namun, banyak dari
masyarakat Indonesia yang masih buta dengan hal ini dan menanggap hanya
terdapat nikotin di vape sehingga hanya membuat mereka ketagihan namun tidak
berdampak apapun bagi kesehatan pengguna dari rokok elektrik tersebut.
Rokok
merupakan faktor resiko dari banyak penyakit bahkan dapat menyebabkan kematian
bagi penggunanya. Menurut WHO tahun 2013 terdapat hampir dari enam juta orang
dengan komposisi lebih dari lima juta kematian disebabkan oleh penggunaan rokok
atau perokok aktif. Sedengkan untuk perokok pasif terdapat lebih dari enam
ratus ribu kematian. Terhitung satu dari sepuluh kematian orang dewasa
disebabkan oleh rokok, dan sekitar satu orang meninggal setiap enam detik
dikarenakan rokok. Diperkirakan pula bahwa sebanyak lebih dari 1,3 miliar
perokok di seluruh dunia dengan jumlah sampai setengahnya telah meninggal
akibat penyakit yang disebabkan oleh rokok. Berdasarkan data WHO, Indonesia
merupakan negara di posisi ke empat sebagai negara dengan tingkat konsumsi
rokok terbanyak.
Vape
diciptakan pertama kali pada tahun 2003 di Cina dan menyebar dengan cepat. Pada awal keberadaan vape, produk tersebut dikatakan
aman untuk kesehatan karena larutan nikotin yang terdapat pada rokok elektronik
hanya terdiri dari campuran air, propilen glikol, zat penambah rasa, aroma
tembakau, dan senyawa-senyawa lain yang tidak mengandung tar, tembakau atau
zat-zat toksik lain yang umum terdapat pada rokok tembakau. Amerika membuat
penelitian pada tahun 2009 untuk mengetahui apakah rokok elektornik berbahaya
atau tidak bagi penggunanya. Hasil dari penelitian tersebut menyatakan bahwa vape
mengandung Tobacco Spesific Nitrosamin (TSNA) yang bersifat
toksik dan Diethylene Glycol (DEG) yang dikenal sebagai karsinogen. Badan
pengawas obat dan makanan pun memperingatkan kepada masyarakat Indonesia bahwa vape
dapat lebih berbahaya dari rokok konvensional
Baik
rokok konvensional maupun rokok elektornik memiliki pengguna yang sangat banyak
jumlahnya. Menurut riskesdas, prevalensi pengguna rokok terus meningkat sejak
tahun 2013 terutama pada remaja,
yaitu 7,2% (Riskesdas 2013), 8,8% (Sirkesnas
2016) dan 9,1% (Riskesdas 2018). Kementrian Kesehatan pun menyadari terdapat
kecenderungan bahwa banyak dari pengguna vape ini sendiri berasal dari kalangan
pelajar. Mengapa hal ini dapat terjadi? Menurut Dinkes alasan orang pertama
kali mencoba merokok dengan alasan ikut-ikutan ataupun penasaran. Sehingga
pelajar yang awalnya tidak merokok lalu melihat teman-temannya merokok maka
akan merasa penasaran dan juga merasa tidak keren jika mereka tidak mengikuti
temannya merokok. Hal yang sama berlaku pada alasan mereka berpindah menggunakan
vape. Mereka merasa hal tersebut merupakan hal yang baru dan tidak ketinggalan
zaman tanpa mengetahui fakta apakah vape berbahaya atau sama saja dengan rokok.
Para
penjual vape merasa menjual vape merupakan usaha yang menguntungkan bagi
mereka. Karena itu semakin marak pula toko-toko vape. Bahayanya, banyak dari
remaja yang pada awalnya tidak menggunakan rokok konvensional namun setelah
rokok elektrik beredar luas jadi ikut menggunakannya karena menjadi tren di
lingkungan dan dianggap tidak berbahaya. Hal ini salah karena kandungan vape sama
berbahayanya dengan rokok. Siapa yang dapat disalahkan atas banyaknya pengguna
vape? Kurangnya pengetahuan masyarakat akan bahaya vape sangatlah
mengkhawatirkan. Karena itu perlu edukasi pada masyarakat akan bahaya vape. Media
perlu gencar memberi informasi bahwa perilaku mengubah dari rokok konvensional
ke rokok elektrik tidak akan berpengaruh dan jika ingin menghentikan perilaku
merokok bukan dengan beralih ke penggunaan rokok elektrik namun dengan
benar-benar berhenti merokok.
Terdapat
penelitian pula yang menyatakan bahwa penggunaan vape tidak berpengaruh pada
perilaku merokok. Wawancara yang dilakukan kepada seseorang penngguna vape bernama
Zaki menyatakan bahwa dia tidak berhenti merokok walaupun menggunakan vape dan
dia juga mengatakan bahwa dia sering merasakan sesak napas ketika memakai vape
secara terus menerus. Vape juga dapat meledak, remaja 17 tahun di Amerika Serikat
masuk ke IGD setelah vape yang dia gunakan meledak dan menderita kebocoran di
dagunya, serta robekan di mulut, dan kehilangan banyak gigi. Hal ini telah
membuktikan bahwa penggunaan vape sangatlah berbahaya.
Vape
sama bahayanya dengan rokok konvensional dan dengan mengubah dari rokok
konvensional menjadi vape tidaklah efektiv karena sama-sama berbahaya untuk
kesehatan. Yang mengkhawatirkan ialah walaupun baru setahun vape legal namun
penggunanya di Indonesia mencapai angka 1 juta. Pengguna vape terbanyak adalah
kelompok usia 10-14 tahun sebanyak 10,6%, kelompok usia 15-19 tahun sebanyak
10,5%, kelompok usia 20-24 tahun 7% dan 12,1% terbanyak pada kelompok usia
sekolah. Hal ini perlu ditanggulangi oleh pemerintah. Michigan, negara bagian di
Amerika Serikat telah melarang penggunaan vape karena sadar akan bahaya yang
ditimbulkannya. Kita sebagai tenaga kesehatan harus mampu memberikan edukasi
masyarakat akan betapa bahayanya rokok, dalam bentuk konvensional maupun
elektrik. Karena jika bukan kita, siapa lagi?
Daftar
Pustaka
Kemenkes RI.2013. Riset Kesehatan Dasar; RISKESDAS. Jakarta: Balitbang
Kemenkes RI
Kemenkes RI.2018. Riset Kesehatan Dasar; RISKESDAS. Jakarta: Balitbang
Kemenkes RI
WHO (World Health Organization). 2013. Media Centre: Fact Sheets of Tobacco.
WHO
Haryanti Fitri.2019. Remaja 17 tahun kehilangan banyak gigi
setalah vape
meledak di mulut. Liputan6. https://www.liputan6.com/health/read/3994894/remaja-17-tahun-kehilangan-banyak-gigi-setelah-vape-meledak-di-mulut
diakses pada 27 Desember 2019 pukul 18:24
CNBC.2019. Baru Setahun
Legal, Pengguna Vape Di Indonesia Capai 1 Juta. CNBC Indonesia. https://www.cnbcindonesia.com/news/20190917142712-8-100044/baru-setahun-legal-pengguna-vape-di-indonesia-capai-1-juta
diakses pada 27 Desember 2019 pukul 20:40
Nadia,
L., 2016. Pengaruh Negatif Merokok
Terhadap Kesehatan dan Kesadaran Masyarakat Urban. http://repository.ut.ac.id/7088/1/UTFMIPA2016-04-lula.pdf
diakses pada 27 Desember 2019 pukul 21.00
Banten, D. K., 2017. Pengertian Merokok dan Akibatnya.
https://dinkes.bantenprov.go.id/read/berita/488/PENGERTIAN-MEROKOK-DAN-AKIBATNYA.html
diakses pada 27 Desember 2019 pukul 21.08
Riadi, M., Masyarakat, K., Belakang, A. L., Ii, B. A.
B., Persepsi, A., Virly, M., … Donovan, D. (2016). Gaya Hidup Penggunaan Vape bidang anak muda sedang diramaikan.
https://doi.org/10.7748/ns.30.25.33.s40 diakses pada 27 Desember 2019 pukul
21.36

Tidak ada komentar:
Posting Komentar